Gorengan Bisa Lebih Sehat tanpa Kehilangan Rasa, Ini Tips dari Ahli Gizi IPB

— Kegemaran masyarakat Indonesia terhadap gorengan bukan hal yang mengherankan.
Menurut Dr Karina Rahmadia Ekawidyani, Dosen Departemen Gizi Masyarakat IPB University, ada berbagai alasan mengapa gorengan begitu melekat dalam keseharian masyarakat.
“Rasa gurih dan tekstur yang renyah memang sesuai dengan selera masyarakat Indonesia. Selain itu, gorengan juga mudah ditemukan dan harganya relatif terjangkau,” ujarnya, dilansir dari laman IPB University, Senin (30/6/2025).
Ia menambahkan, sebagai negara produsen kelapa sawit, Indonesia memiliki kemudahan akses terhadap minyak goreng.
Hal ini turut mendorong kebiasaan konsumsi gorengan. Selain praktis dalam proses memasaknya, gorengan juga cocok disantap dalam berbagai situasi.
Namun di balik kenikmatannya, konsumsi gorengan secara berlebihan bisa menimbulkan berbagai risiko kesehatan, baik jangka pendek maupun jangka panjang.
Menurut Karina, gorengan mengandung kadar lemak yang tinggi, terutama asam lemak jenuh dan lemak trans yang berbahaya bagi tubuh.
“Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) merekomendasikan asupan lemak jenuh tidak melebihi 10 persen dari total energi harian, dan lemak trans kurang dari 1 persen,” jelasnya.
Dampak jangka pendeknya dapat berupa gangguan pencernaan, seperti perut kembung dan naiknya asam lambung. Sedangkan dalam jangka panjang, konsumsi gorengan berlebih dapat meningkatkan risiko obesitas, penyakit jantung, diabetes tipe 2, stroke, hingga kanker.
Cara menikmati gorengan secara lebih sehat
Meski begitu, Karina menyebut bahwa masih ada cara untuk menikmati gorengan dengan lebih sehat tanpa mengorbankan cita rasa.
Beberapa upaya yang dapat dilakukan adalah memilih jenis minyak yang lebih sehat seperti minyak kelapa atau minyak zaitun, serta menghindari teknik deep frying.
Alternatif lain yang bisa dipertimbangkan adalah menggunakan air fryer dan mengganti tepung terigu dengan tepung bebas gluten seperti tepung beras atau tepung jagung.
Ia juga menekankan pentingnya menjaga suhu minyak tetap dalam kisaran ideal, yakni antara 175–190 derajat Celsius. Suhu ini membantu mencegah makanan menyerap minyak terlalu banyak.
“Potong makanan dalam ukuran kecil agar cepat matang dan tidak menyerap banyak minyak,” tambahnya.
Karina menyarankan untuk meniriskan gorengan menggunakan rak kawat atau tisu dapur, serta menghindari pemakaian minyak goreng yang sama secara berulang.
Dalam konteks pelaku usaha kecil seperti UMKM yang menjual gorengan, ia mendorong pendekatan edukatif agar pelaku usaha dapat menghadirkan produk yang lebih sehat.
“UMKM perlu diberdayakan untuk menawarkan gorengan yang lebih sehat dan menjaga kualitas bahan baku serta kebersihan proses produksi,” ujarnya.
Sementara itu, konsumen juga perlu diedukasi untuk mulai membatasi konsumsi gorengan dan memilih opsi makanan yang lebih sehat sebagai bagian dari pola makan yang seimbang.