Gara-gara Tarif Trump, Apple Fanboy Berbondong-bondong Beli iPhone Baru

Apple Fanboy, Apple fanboy, beli iPhone, Tarif Baru Trump, Gara-gara Tarif Trump, Apple Fanboy Berbondong-bondong Beli iPhone Baru

Kebijakan kontroversial ini diprediksi akan memengaruhi harga produk yang dibuat di China, termasuk iPhone. Beberapa analis menyebut harga iPhone bisa jadi akan naik ketika tarif impor berlaku.

Untuk diketahui, iPhone merupakan produk unggulan Apple yang sebagian besar diproduksi di China. Negara tersebut menjadi target utama tarif impor Trump, yang kini dieskalasi menjadi 104 persen.

Dalam laporan tersebut, beberapa pegawai Apple mengatakan bahwa toko mereka dipenuhi pelanggan selama akhir pekan. Banyak dari konsumen mengaku panik dan bertanya apakah harga iPhone akan segera naik.

“Nyaris setiap pelanggan menanyakan apakah harga akan naik dalam waktu dekat,” ujar seorang karyawan yang enggan disebutkan namanya karena merasa tidak berwenang memberi komentar ke media.

Meski tidak sampai menciptakan antrean panjang seperti saat peluncuran iPhone terbaru, ramainya suasana toko disebut hampir mirip seperti saat musim libur.

Para pegawai juga menyampaikan bahwa mereka belum mendapat arahan dari pusat soal bagaimana menghadapi pertanyaan pelanggan terkait dampak tarif baru kepada harga iPhone.

Dalam laporan tersebut, disampaikan juga bahwa kondisi serupa turut terjadi di toko utama Apple di Fifth Avenue, New York, pada Senin sore (7/4/2025).

Salah satu pembeli, Ambar De Elia dari Buenos Aires, mengatakan ia awalnya ingin membeli iPhone 15 untuk adiknya. Namun setelah membaca berita tentang gejolak di Wall Street, ia memutuskan membelinya lebih cepat.

"Saya pikir semua orang di sini karena takut, mereka tidak tahu apa yang akan terjadi. Kalau kami punya kesempatan membeli sesuatu dengan harga lebih murah, tentu saja kami akan melakukannya" jelas De Elia.

Penjualan Apple meningkat

Lonjakan minat belanja ini berdampak langsung pada peningkatan penjualan di sejumlah toko ritel Apple. Menurut sumber yang mengetahui hal tersebut, penjualan di beberapa pasar utama tercatat lebih tinggi dibandingkan periode yang sama pada tahun-tahun sebelumnya.

Apple sendiri belum memberikan komentar resmi terkait lonjakan penjualan ini. Kabarnya, perusahaan dijadwalkan bakal merilis laporan keuangan kuartal kedua fiskal pada 1 Mei mendatang.

Pada momen itu, CEO Tim Cook dan CFO Kevan Parekh diperkirakan akan menyampaikan penjelasan lebih lanjut mengenai potensi dampak kebijakan tarif terhadap bisnis Apple.

Jika tren belanja saat ini terus berlanjut, Apple berpotensi mencatat kinerja positif pada kuartal ketiga fiskal tahun ini. Sebab, perangkat yang saat ini dijual masih berasal dari stok lama, sehingga dampak tarif baru kemungkinan baru terasa di kuartal berikutnya.

Saham Apple anjlok

Di tengah lonjakan penjualan iPhone, saham Apple justru mengalami penurunan di pasar modal. Pada pekan lalu, tepatnya dalam dua hari perdagangan terakhir, valuasi perusahaan anjlok lebih dari 500 miliar dollar AS (sekitar Rp 8.000 triliun dengan asumsi kurs Rp 16.000 per dollar AS).

Penurunan ini dicatatkan menjadi yang paling buruk dalam tiga hari sejak era gelembung dotcom pada 2001. Meski begitu, Apple disebut telah mengambil sejumlah langkah antisipatif guna meredam dampak dari tarif baru Donald Trump.

Salah satu langkah tersebut adalah menimbun stok perangkat sebelum kebijakan tarif diberlakukan. Langkah ini diambil untuk mengantisipasi lonjakan biaya produksi akibat tarif impor baru.

Menurut laporan Bloomberg, Apple juga mulai mengalihkan sebagian produksi iPhone-nya ke India. Hal ini dilakukan karena tarif yang dikenakan ke India lebih rendah dibandingkan dengan China.

Selain India, Apple juga dilaporkan telah memindahkan sebagian lini produksinya ke Vietnam dalam beberapa tahun terakhir. Produk yang kini dirakit di negara tersebut antara lain Apple Watch, Mac, AirPods, dan iPad.

Sebagai bagian dari strategi diversifikasi manufaktur global, Apple juga memproduksi sejumlah model Mac di negara lain seperti Irlandia, Thailand, dan Malaysia.

Sementara itu, analis dan pengamat industri kini mencoba memperkirakan dampak dari tarif impor terhadap harga iPhone. Beberapa pihak bahkan menduga harga perangkat tersebut bisa menembus ribuan dollar AS per unit.

Meski begitu, menurut Bloomberg, Apple kemungkinan besar akan mengambil berbagai langkah untuk mencegah lonjakan harga. Upaya ini termasuk menekan pemasok dan bersedia menerima margin keuntungan yang lebih rendah.

Sebagai informasi, saat ini, harga iPhone flagship terbaru masih dimulai dari 999 dollar AS (sekitar Rp 17 juta). Harga tersebut diketahui belum mengalami perubahan sejak tahun 2017.