Dokter THT Jelaskan Efek Paparan Sound Horeg pada Organ Pendengaran

Fenomena sound horeg sedang menjadi kontroversi, ada yang mendukung tapi banyak juga yang keberatan. Di balik pro dan kontra tersebut, paparan suara bising dari sound horeg sejatinya berdampak buruk pada organ pendengaran.
Berdasarkan standar Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), batas aman paparan suara hanya 60–80 desibel (dB), sedangkan sound horeg bisa melampaui 120 dB hingga 135 dB.
"Secara alami, pendengaran kita merasa level 120 db sangat tidakk nyaman, ini setara dengan misalnya suara speaker yang langsung ditaruh deket telinga," papar dr.Ashadi Budi, dokter spesialis THT dari RS Pondok Indah, Bintaro Jaya, dalam acara temu media di Jakarta (29/7/2025).
Ia mengatakan, dentuman musik dengan intensitas melebihi batas wajar seperti pada sound horeg jelas berbahaya untuk organ pendengaran.
"Semakin keras suaranya, makin konsisten atau lama paparannya, makin beresiko pada pendengaran kita," ujarnya.
Paparan suara bising sound horeg
Menurut dr.Ashadi, paparan suara bising dalam waktu lama akan merusak sel-sel rambut di telinga dalam (koklea) yang bertugas mengubah gelombang suara menjadi sinyal saraf. Efeknya adalah penurunan kemampuan pendengaran sementara.
"Kalau kita pernah nonton konser musik, sepulang dari konser kita akan merasakan pendengaran berkurang. Tapi jika kita terpapar terus menerus bisa menyebabkan kerusakan permanen pada telinga atau ketulian," paparnya.
Dokter Ashadi menjelaskan, penelitian sudah membuktikan bahwa paparan suara bising dengan kekuatan di atas 80 desibel secara lama, sekitar satu jam, dan berulang dapat menyebabkan gangguan pendengaran bahkan tuli.
"Penurunan fungsi pendengaran bisa berjalan kronis atau jangka panjang. Kita tentu tidak mau kan kalau di usia 50 atau 60 tahun sudah kehilangan pendengaran," ujar dr.Ashadi.