Fenomena Sound Horeg dari Sisi Keselamatan Berkendara

Fenomena sound horeg yang marak di wilayah Jawa Timur menjadi sorotan publik karena dinilai membahayakan keselamatan berlalu lintas.

Komisi Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) menilai ada dua hal yang mesti diperhatikan pada sound horeg yang dipasang pada truk, pertama yaitu instalasi kelistrikan dan kedua soal penggunaan.

Mengenai penggunaan, KNKT menyoroti bahwa keberadaan truk dengan speaker berdaya tinggi yang dinyalakan di jalan raya dapat mengganggu konsentrasi pengguna jalan lain.

Sound horeg yang digunakan untuk perayaan dan kegiatan hiburan.

Suara bising yang dihasilkan berpotensi menciptakan distraksi atau gangguan visual dan pendengaran, sehingga bisa jadi salah satu risiko kecelakaan lalu lintas.

Penyelidik Senior KNKT Ahmad Wildan mengatakan bahwa penggunaan sistem suara, lampu, maupun gerakan yang bersifat mencolok sebetulnya tidak diperbolehkan digunakan saat kendaraan sedang melintas di jalan umum.

"Jadi sebetulnya kita dilarang menggunakan pada saat berlalu lintas, menggunakan suara atau sistem lampu atau gerakan yang sekira bisa menimbulkan gangguan atau distraksi pada pengguna jalan lain," kata Wildan kepada Kompas.com, Kamis (7/8/2025).

Ia mencontohkan, penggunaan lampu strobo berwarna terang yang menyilaukan, serta suara nyaring yang tidak lazim sebagai bentuk gangguan terhadap pengemudi lain.

Ilustrasi: Pelaku sound horeg di Jawa Timur.

"Misalkan lampu kelap-kelip menyilaukan, kemudian suara yang membuat orang bingung ini apa dan sebagainya. Itu tidak boleh, karena akan menyebabkan distraksi," lanjutnya.

Menurut Wildan, bentuk gangguan seperti ini tidak hanya terbatas pada sound horeg. Iklan-iklan yang dipasang di badan jalan juga bisa menimbulkan efek serupa.

"Ini berlaku juga untuk iklan-iklan yang di pinggir jalan antar kota itu sebetulnya tidak boleh karena dia akan menciptakan beban, gangguan distraksi," ujarnya.

Distraksi, lanjut Wildan, bisa mengganggu konsentrasi pengemudi yang seharusnya fokus pada kendaraan di depan dan kondisi sekitar.

"Pengemudi akan membaca dan sebagainya, kemudian padahal harus fokus di lalu lintas karena saat berlalu lintas harus fokus kendaraan di depan dan kita menggunakan asumsi-asumsi. Kendaraan tidak berjalan lurus tapi berbelok kanan-kiri, dengan melihat tanda-tanda yang ada di kendaraan itu," katanya.

Ahmad Abdul Aziz (29) atau akrab disapa Memed saat mengatur suara sound horeg di Kecamatan Gondanglegi, Kabupaten Malang, Senin (28/7/2025).

Wildan menegaskan bahwa penggunaan berbagai elemen yang menimbulkan distraksi, baik berupa suara, cahaya, maupun visual seharusnya tidak ditempatkan di kendaraan yang digunakan di jalan umum.

"Oleh sebab itu penggunaan suara, cahaya, tanda-tanda lain, itu yang bisa menyebabkan distraksi atau gangguan itu tidak diperbolehkan di jalan raya," katanya.

"Termasuk sound horeg karena bisa menyebabkan distraksi suara-suara itu. Orang teralihkan konsentrasinya dan menyebabkan celaka, bukan dia yang celaka tapi orang lain yang celaka," ujar Wildan.

Terangi negeri dengan literasi, satu buku bisa membuka ribuan mimpi. Lewat ekspedisi Kata ke Nyata, Kompas.com ingin membawa ribuan buku ke pelosok Indonesia. Bantu anak-anak membaca lebih banyak, bermimpi lebih tinggi. Ayo donasi via Kitabisa!