Top 12+ Tradisi Unik Maulid Nabi di Indonesia, dari Aceh hingga Gorontalo
- 1. Tradisi Ampyang Maulid, Kudus
- 2. Tradisi Grebeg Maulid, Solo dan Yogyakarta
- 3. Tradisi Sekaten, Yogyakarta dan Solo
- 4. Tradisi Nyiram Gong, Cirebon
- 5. Tradisi Masak Kuah Beulangong, Aceh
- 6. Tradisi Bungo Lado, Padang Pariaman
- 7. Tradisi Endog-endogan, Banyuwangi
- 8. Tradisi Weh-wehan, Kendal
- 9. Tradisi Walima, Gorontalo
- 10. Tradisi Maudu Lompoa, Takalar
- 11. Tradisi Baayun Maulid, Kalimantan Selatan
- 12. Tradisi Maulid Nabi di Bali dan Lombok

Umat Islam di seluruh dunia, termasuk Indonesia, setiap tahun memperingati Maulid Nabi Muhammad SAW pada tanggal 12 Rabiul Awal dalam kalender Hijriah. Pada tahun 2025, Maulid Nabi jatuh pad tanggal 5 September 2025.
Peringatan Maulid Nabi atau kelahiran Rasulullah SAW ini tidak hanya dimaknai dengan kegiatan ibadah seperti doa, shalawat, dan ceramah agama, tetapi juga dirayakan melalui berbagai tradisi Maulid Nabi yang khas di berbagai daerah di Indonesia.
Di sejumlah daerah, tradisi Maulid Nabi telah menjadi bagian dari kearifan lokal yang diwariskan secara turun-temurun.
Setiap daerah memiliki cara unik dalam memuliakan kelahiran Nabi Muhammad SAW, mulai dari kirab gunungan, arak-arakan pohon uang, hingga memasak makanan khas bersama-sama.
Berikut sejumlah tradisi perayaan Maulid Nabi di Indonesia yang dirangkum dari berbagai sumber:
1. Tradisi Ampyang Maulid, Kudus
Tradisi Ampyang Maulid digelar di Desa Loram Kulon dan Loram Wetan, Kecamatan Jati, Kabupaten Kudus, Jawa Tengah. Dalam acara ini, masyarakat mengarak tandu berisi nasi kepel, buah-buahan, serta hasil bumi. Gunungan tersebut kemudian didoakan oleh tokoh agama Islam sebelum dibagikan kepada warga.
Sejarah mencatat, tradisi Ampyang Maulid telah berlangsung sejak akhir abad ke-15 pada masa Tjie Wie Gwan, seorang pendakwah Islam keturunan Tiongkok.
2. Tradisi Grebeg Maulid, Solo dan Yogyakarta
Grebeg Maulid merupakan tradisi besar di Keraton Surakarta (Solo) dan Keraton Yogyakarta. Perayaan ini identik dengan gunungan berisi hasil bumi, makanan khas, dan simbol-simbol kemakmuran.
Di Solo, terdapat dua jenis gunungan:
- Gunungan jaler (laki-laki) berisi kacang panjang, wortel, terong, cabai, telur asin, hingga klenyem (makanan dari singkong).
- Gunungan estri (perempuan) berisi intip atau makanan dari nasi.
Sementara di Yogyakarta, tradisi ini diawali dengan tumplak wajik sebagai tanda dimulainya pembuatan gunungan. Pada puncaknya, enam gunungan diarak: dua gunungan kakung, satu estri, satu dharat, satu gepak, dan satu pawuhan.
Gunungan yang diperebutkan masyarakat dipercaya membawa berkah.
3. Tradisi Sekaten, Yogyakarta dan Solo
Gunungan dalam tradisi Grebeg Maulud, puncak acara Sekaten di Keraton Surakarta.
Selain Grebeg, Yogyakarta dan Solo juga memiliki tradisi Sekaten, yang biasanya berlangsung 5–12 Mulud. Menurut sejarah, upacara ini sudah ada sejak zaman Kerajaan Demak sebagai strategi dakwah Wali Songo.Ada dua versi asal-usul nama Sekaten: dari kata sekati, nama seperangkat gamelan, atau dari kata syahadatain, kalimat pengakuan iman dalam Islam.
4. Tradisi Nyiram Gong, Cirebon
Di Keraton Kanoman, Cirebon, tradisi Nyiram Gong dilakukan dengan membersihkan gamelan sekaten. Air bekas cucian gamelan diperebutkan warga untuk membasuh wajah dan tubuh karena dipercaya membawa berkah.
Rangkaian perayaan Maulid Nabi di Cirebon dilanjutkan dengan tradisi Panjang Jimat, yang digelar serentak di Keraton Kanoman, Kasepuhan, dan Kacirebonan. Acara Panjang Jimat diisi dengan pembacaan riwayat Nabi, barzanji, shalawat, dan doa bersama.
5. Tradisi Masak Kuah Beulangong, Aceh
Masyarakat Aceh merayakan Maulid Nabi dengan memasak Kuah Beulangong, gulai khas berisi daging sapi atau kambing serta nangka muda. Masakan ini dimasak di kuali besar dengan rempah khusus.
Uniknya, proses memasak hanya boleh dilakukan laki-laki, dengan cara mengaduk berlawanan jarum jam sambil bershalawat. Tradisi ini mencerminkan rasa syukur masyarakat Aceh atas nikmat Allah.
6. Tradisi Bungo Lado, Padang Pariaman
Pohon uang pada tradisi Bungo Lado yang dilakukan masyarakat Pariaman dalam menyambut Maulid Nabi.
Di Padang Pariaman, Sumatera Barat, masyarakat menggelar tradisi Bungo Lado, yaitu membuat pohon yang dihias dengan uang kertas hasil iuran warga. Pohon uang ini kemudian diarak ke masjid atau surau untuk kegiatan keagamaan.Uang yang terkumpul biasanya digunakan untuk pembangunan rumah ibadah.
7. Tradisi Endog-endogan, Banyuwangi
Masyarakat Banyuwangi merayakan Maulid Nabi dengan tradisi Endog-endogan. Endog berarti telur, simbol kelahiran. Telur rebus dihias dengan kertas warna-warni, lalu disebut kembang endog.
Menurut sejarawan lokal Suhailik, tradisi ini sudah ada sejak abad ke-18 dan berlangsung selama sebulan penuh di seluruh kecamatan Banyuwangi.
8. Tradisi Weh-wehan, Kendal
Di Kaliwungu, Kabupaten Kendal, Jawa Tengah, terdapat tradisi Weh-wehan yang berarti “memberi”. Warga saling berbagi makanan, terutama sumpil, makanan khas setempat.
Selain itu, rumah-rumah dihiasi lampion warna-warni yang disebut teng-tengan.
9. Tradisi Walima, Gorontalo
Warag desa membawa tolangga yang berisi kue dan makanan ke masjid saat perayaan walima atau maulid Nabi Muhammad. Prosesi ini menarik wisatawan untuk datang ke desa Bongo.
Tradisi Walima di Gorontalo diperkirakan sudah ada sejak abad ke-17. Acara dimulai dengan lantunan Dikili atau dzikir khas Gorontalo di masjid-masjid.Setiap rumah membuat kudapan tradisional, seperti kolombengi, curuti, buludeli, wapili, dan pisangi, yang disusun di atas Tolangga (usungan kayu berbentuk perahu atau menara). Usungan ini kemudian diarak ke masjid.
10. Tradisi Maudu Lompoa, Takalar
Di Desa Cikoang, Kabupaten Takalar, Sulawesi Selatan, masyarakat menggelar Maudu Lompoa. Tradisi ini sudah berlangsung sejak 1621, ketika ulama Aceh, Sayyid Jalaludin, menyebarkan Islam di wilayah tersebut.
Acara puncak ditandai dengan arak-arakan julung-julung, kapal kayu berhias kain warna-warni yang berisi hasil bumi.
11. Tradisi Baayun Maulid, Kalimantan Selatan
Masyarakat Banjar di Kalimantan Selatan merayakan Maulid Nabi dengan tradisi Baayun Maulid. Anak-anak atau bayi diayun menggunakan kain sasirangan, kain kuning, dan kain bahalai sambil dibacakan syair maulid.
Tradisi ini dimaksudkan agar anak kelak tumbuh dengan akhlak mulia seperti Nabi Muhammad SAW.
12. Tradisi Maulid Nabi di Bali dan Lombok
Di Bali, perayaan Maulid Nabi dilakukan dengan mengarak Bale Saji, hiasan bunga dari telur dan kertas yang melambangkan kelahiran.
Sementara di Lombok, masyarakat menggelar pembacaan syair Al-Barzanji, shalawat, serta lomba dan arak-arakan mengelilingi kampung.
Peringatan Maulid Nabi Jadi Identitas Budaya
Beragamnya tradisi Maulid Nabi di Indonesia menunjukkan bagaimana Islam tumbuh selaras dengan budaya lokal. Setiap daerah memiliki simbol dan makna tersendiri dalam merayakan kelahiran Nabi Muhammad SAW.
Meski berbeda-beda, esensi dari perayaan ini tetap sama, yakni memperingati kelahiran Rasulullah SAW, bersyukur atas nikmat Allah, serta meneladani akhlak Nabi Muhammad dalam kehidupan sehari-hari.
Sebagian Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul " dan RRI.co.id dengan judul "Tradisi Unik Peringatan Maulid Nabi Setiap Daerah"
Terangi negeri dengan literasi, satu buku bisa membuka ribuan mimpi. Lewat ekspedisi Kata ke Nyata, Kompas.com ingin membawa ribuan buku ke pelosok Indonesia. Bantu anak-anak membaca lebih banyak, bermimpi lebih tinggi. Ayo donasi via Kitabisa!