Beda dari Indonesia, Pabrikan China Justru Fokus Hybrid untuk Pasar Eropa
Untuk melindungi industri otomotif di Eropa dan merespons subsidi yang diberikan pada mobil listrik murni buatan Tiongkok, Uni Eropa akan menerapkan tarif...

Dalam usaha untuk melindungi sektor otomotif Eropa dan sebagai respons terhadap subsidi kendaraan listrik murni (BEV) dari Tiongkok, Uni Eropa akan menerapkan tarif tinggi untuk model bertenaga baterai mulai Oktober 2024. Namun, kebijakan ini memberikan kesempatan bagi produsen Tiongkok untuk memanfaatkan tarif yang tinggi dengan lebih fokus pada penjualan mobil hybrid yang dikenakan tarif lebih rendah.
Menurut laporan dari Dataforce yang diterbitkan oleh Carscoops, perusahaan BYD telah berhasil menjual lebih dari 20.000 unit model plug-in hybrid (PHEV) di Eropa selama enam bulan pertama tahun ini, angka ini lebih dari tiga kali lipat dibandingkan jumlah PHEV yang diimpor sepanjang tahun 2024. Di sisi lain, MG juga mencatatkan peningkatan impor PHEV pada periode Januari hingga Juni 2025 jika dibandingkan dengan tahun sebelumnya.
Di Jerman, strategi ini memberikan keuntungan yang signifikan. Setiap kendaraan BEV dari BYD dikenakan tarif sebesar 10 persen ditambah 17 persen tambahan, sehingga total mencapai 27 persen. Untuk SUV listrik seperti Atto 3, hal ini berarti tambahan biaya sekitar 10.000 Euro, yang setara dengan Rp 185 juta. Sebaliknya, plug-in hybrid BYD Seal U hanya dikenakan bea masuk sekitar 3.999 Euro atau Rp 74 juta dari harga awal. Dengan adanya perbedaan tarif yang cukup mencolok ini, konsumen di Eropa cenderung memilih untuk membeli mobil hybrid yang tentunya lebih terjangkau.
Uni Eropa Belum Ambil Tindakan
Beatrix Keim, yang menjabat sebagai direktur Center Automotive Research di Jerman, menyatakan, "Hanya masalah waktu sebelum produsen mobil China mengubah strategi mereka setelah adanya tarif khusus, demi meningkatkan keuntungan mereka di Eropa."
Hal ini menunjukkan bahwa ada kesadaran yang tinggi di pihak Uni Eropa mengenai situasi ini, meskipun tindakan konkret belum terlihat. Komisi Eropa tampaknya masih berharap dapat mengatasi ketidakseimbangan yang ada melalui dialog dengan para produsen mobil Tiongkok yang secara agresif melakukan ekspansi di pasar Eropa.