Hasto Doakan Jokowi dari Atas Gunung Selama 9 Tahun Berturut-turut

Sekretaris Jenderal PDI Perjuangan (PDIP), Hasto Kristiyanto mengaku, jika dirinya rutin mendaki gunung setiap malam Tahun Baru selama sembilan tahun berturut-turut.
Ia melakukan kegiatan itu sembari mendoakan Presiden RI ke-7, Joko Widodo (Jokowi), Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri, serta bangsa Indonesia.
Hal itu disampaikan Hasto saat diperiksa sebagai terdakwa dalam persidangan kasus dugaan suap PAW anggota DPR 2019-2024 dan perintangan penyidikan.
“Sehingga setiap malam tahun baru, selama 9 tahun berturut-turut saya ini selalu naik gunung, mendoakan Bu Mega, mendoakan Pak Jokowi, mendoakan bangsa dan negara agar Indonesia ini baik,” ungkapnya di Pengadilan Tipikor Jakarta, Kamis (26/6).
Menurutnya, tradisi itu dibangun setelah PDIP masuk dalam pemerintahan. Ia mengaku, merasakan tekanan yang kuat, sehingga kegiatan spiritual seperti mendaki gunung dan melarung menjadi bagian dari upaya menenangkan diri dan mendekatkan diri kepada Tuhan.
“Tapi kalau larung memang itu menjadi bagian dari kultur yang kami bangun. Terutama setelah kami berada di dalam pemerintahan karena tekanannya kuat sekali,” katanya.
Hasto menjelaskan, dalam tradisi Jawa, praktik seperti melarung di Gunung Merapi atau berendam di Parangkusumo dianggap sebagai hal yang biasa.
“Nah di luar itu satu pertanyaan dari JPU tadi, ada juga yang melarung dalam konteks motif-motif khusus, mau jadi bupati, kemudian berdoa, ada yang berendam dan sebagainya. Kalau kami melukat memang biasa dilakukan,” ujarnya.
Politikus asal Yogyakarta itu juga menjelaskan perannya selama menjabat sebagai Sekjen PDIP dalam tiga kali penyelenggaraan Pileg dan Pilpres.
Pernyataan itu disampaikan Hasto menjawab pertanyaan dari kuasa hukumnya, Alvon Kurnia Palma, yang menyoroti kiprah Hasto sebagai tim sukses dalam gelaran Pilpres.
“Itu kan memenangkan tiga kali pemilu dan dua kali presiden ya? Kemudian di situ juga pernah menjadi tim sukses itu sebagai apa ketika itu saudara terdakwa?” tanya Alvon.
“Pada 2014, ketika calon presiden adalah Pak Jokowi dan Pak Jusuf Kalla, saya saat itu ditugaskan sebagai sekretaris sebenarnya. Cuma karena ketua tim pemenangannya sudah Mas Cahyo (Eks Sekjen PDIP Cahyo Kumolo) maka kemudian kami dorong Pak Andi Widjajanto dan saya kalau tidak salah menjadi juru bicara di situ, meskipun juru bicara plus-plus karena faktanya merangkap banyak pekerjaan,” jawab Hasto.
Pada Pemilu 2019, Hasto mengaku memiliki peran ganda, yakni sebagai Sekjen PDIP sekaligus Sekretaris Tim Kampanye Nasional (TKN) yang mengurus koalisi partai pengusung Jokowi-Ma’ruf Amin.
“Baru pada 2019, saya merangkap itu di dalam pemilu yang paling kompleks sedunia, karena pertama kali serentak. Itu saya menjadi sekjen partai tetap dan sekaligus menjadi sekretaris tim pemenangan yang me-manage 10 partai politik, hampir 10 partai politik,” bebernya.
Hasto mengaku, tugas itu tidak mudah karena harus berkoordinasi dengan banyak partai di tengah kompetisi yang ketat.
“Sehingga bukan koordinasi yang mudah, sementara pada saat bersamaan saya punya tanggung jawab untuk di partai,” tutupnya. (Pon)