Sofian Effendi Cabut Pernyataan soal Ijazah Jokowi, Tak Mau Berurusan dengan Polisi

— Mantan Rektor Universitas Gadjah Mada (UGM) periode 2002–2007, Prof. Dr. Sofian Effendi, resmi menarik seluruh pernyataannya terkait isu ijazah Presiden ke-7 Republik Indonesia (RI), Joko Widodo (Jokowi) yang sempat viral di media sosial.
Prof. Sofian mengaku dirugikan akibat videonya yang tersebar tanpa izin, dan menegaskan ia tidak ingin urusan ini berlanjut ke jalur hukum mengingat usianya yang telah menginjak 80 tahun.
“Saya menarik semua pernyataan saya di dalam video tersebut dan memohon agar wawancara dalam kanal YouTube tersebut ditarik dari peredaran,” ujar Prof. Sofian dalam pernyataan tertulis pada 17 Juli 2025.
“Saya mohon maaf setulus-tulusnya kepada semua pihak yang saya sebutkan pada wawancara tersebut,” tambahnya.
Kronologi Pernyataan Sofian Effendi
Video yang memicu kehebohan publik tersebut tayang di kanal YouTube Langkah Update dengan judul mencolok "Mantan Rektor UGM Buka-Bukaan! Prof Sofian Effendy Rektor 2002–2007! Ijazah Jokowi & Kampus UGM!" pada 16 Juli 2025.
Dalam video itu, Sofian terlihat berdiskusi dengan sejumlah alumni UGM.
Namun, ia menegaskan bahwa percakapan tersebut awalnya ia pahami hanya sebagai diskusi alumni, bukan untuk konsumsi publik.
“Saya tidak tahu kalau itu direkam, apalagi dipublikasikan. Mereka cuma bilang mau ngobrol dengan alumni dari Aceh, Kalimantan, dan lainnya,” ungkapnya.
“Saya kira itu pembicaraan orang dalam, bukan untuk disebarluaskan,” tutur dia lagi.
Klarifikasi Sofian Effendi, Tak Pernah Ragukan Ijazah Jokowi
Prof. Sofian membantah pernah mempertanyakan keabsahan ijazah Presiden Jokowi secara terbuka.
Ia menyebut dirinya percaya sepenuhnya pada pernyataan resmi Rektor UGM saat ini, Prof. Dr. Ova Emilia, yang menegaskan bahwa dokumen akademik Jokowi asli dan sah.
“Saya percaya pada data resmi universitas. Tidak ada alasan untuk menyangsikan hal itu lagi,” tegasnya.
“Saya ini anggota keluarga besar UGM. Tidak baik kalau saya dibenturkan dengan Prof. Ova,” kata dia lagi.
Tak Mau Dikonflikkan dan Tolak Urusan Hukum
Salah satu alasan kuat Sofian mencabut ucapannya adalah keengganannya berurusan dengan kepolisian.
Ia mendapat kabar ada pihak yang berencana melaporkannya ke Bareskrim Polri.
“Saya tidak mau harus berurusan dengan polisi soal ini. Apalagi, saya sudah berusia 80 tahun. Keluarga saya juga terganggu,” katanya.
Sebagai bentuk tanggung jawab, Sofian bahkan menyiapkan surat pernyataan resmi yang menegaskan ia mendukung sepenuhnya klarifikasi UGM terkait ijazah Jokowi.
“Saya menyatakan, pernyataan Rektor UGM Prof. Dr. Ova Emilia memang sesuai dengan bukti-bukti yang tersedia di Universitas,” tutur dia.
UGM Bantah Pernyataan Sofian Effendi, Tegaskan Ijazah Jokowi Sah
Menanggapi kontroversi ini, UGM memberikan klarifikasi tegas.
Sekretaris UGM, Andi Sandi Antonius Tabusassa Tonralipu, menyatakan bahwa pernyataan Sofian tidak sesuai dengan bukti akademik resmi.
“Pernyataan yang disampaikan oleh yang bersangkutan berbeda dengan data dan bukti-bukti akademik yang dimiliki oleh pihak Fakultas Kehutanan UGM,” tegasnya dalam pernyataan resmi yang dirilis UGM, Kamis (17/7/2025).
“Pernyataan tersebut akan berdampak hukum dan menjadi risiko bagi Bapak Sofian Effendi secara pribadi,” kata dia lagi.
UGM mengacu pada siaran pers resmi 15 April 2025 yang menyebut Jokowi terdaftar sebagai mahasiswa sejak 1980, lulus pada 5 November 1985, dan seluruh proses studinya tercatat sah.
Riwayat dan Kedekatan Sofian Effendi dengan Jokowi
Sofian Effendi bukan sosok asing di lingkar pemerintahan. Pada 2014, ia dilantik Jokowi sebagai anggota Komisi Aparatur Sipil Negara (KASN).
Ia dikenal sebagai akademisi senior yang telah mengabdi lama di UGM dan menjabat di berbagai posisi strategis, termasuk sebagai Kepala Badan Kepegawaian Negara (1999–2000) dan Ketua Majelis Wali Amanat UGM (2012–2014).
Sofian Effendi berharap video viral tersebut segera ditarik demi ketenangan publik dan civitas academica.
“Saya berharap video itu ditarik saja,” kata dia lagi.
Sementara itu, UGM berharap klarifikasi yang diberikan dapat menutup polemik berkepanjangan.
“UGM hanya bersedia menunjukkan data yang bersifat publik. Sementara itu, data pribadi hanya dapat diakses atau diberikan jika diminta secara resmi oleh aparat penegak hukum,” tutup Andi Sandi.
Sebagian artikel ini telah tayang di WartaKotalive.com dengan judul "7 Pengakuan Prof Sofian Effendi Soal Ijazah Jokowi, Sekarang Tak Mau Ikut Campur".