Jeffrie Geovanie Buka Kongres PSI, Ceritakan Sempat Minta Nama dan Logo Partai dari Jokowi

KETUA Dewan Pendiri PSI Jeffrie Geovanie menceritakan pada awal berdiri, partai sempat meminta Presiden Ketujuh RI Jokowi agar memberikan nama dan logo partai. Hal tersebut terungkap dalam sambutan Jeffrie di pembukaan Kongres Pertama PSI di Graha Sabha, Solo, Sabtu (19/7). Salah satu cerita menarik yang ia ungkap yakni soal keinginan awal untuk meminta Presiden Jokowi memilihkan nama dan logo partai. Namun, Jeffrie menolak ide tersebut. “Saya bilang ke mereka (pendiri partai). 'Memangnya kalian siapa? Pak Jokowi baru dilantik, kalian minta beliau pikirkan logo partai?' Akhirnya kita putuskan bikin nama dan logo sendiri. Kita buktikan dulu kita serius,” ujar Jeffrie, Sabtu (19/7). Dia menjelaskan, setelah 10 tahun berselang, PSI tumbuh menjadi partai yang dikenal luas dengan semangat terbuka dan keterlibatan generasi muda.
Jeffrie menyebut saat ini partai memasuki fase penting dalam konsolidasi struktural. Dalam AD/ART terbaru yang disahkan dalam kongres ini, posisi dewan pembina akan terdiri dari dua nama yang ditunjuk ketua umum terpilih.
“Saya ingatkan, Ketua Umum PSI bukanlah pemilik kekuasaan tunggal. Struktur dewan pembina yang menjadi pengimbang utama. Siapa pun yang menang, kekuasaan itu tidak bisa dimonopoli. Ini menekankan prinsip checks and balances di tubuh partai,” ucap dia.
Ia juga memberikan pesan khusus kepada tiga kandidat Ketum PSI Kaesang Pangarep, Ronald Aristone Sinaga (Bro Ron), dan Agus Mulyono Herlambang agar tetap menjaga persatuan setelah pemilihan.
“Saya titip satu hal. Siapa pun yang menang, yang dua lainnya jangan ditinggalkan. PSI dibangun kolaborasi, bukan kompetisi tanpa arah,” katanya.
Jeffrie lalu menyinggung dinamika politik nasional pasca dua kali pilpres yang membelah publik. Ia mencontohkan sikap kenegarawanan Jokowi dan Prabowo sebagai teladan yang harus ditiru.
“Bayangkan, Pak Prabowo yang dua kali dikalahkan Pak Jokowi, akhirnya duduk di kabinet. Pak Jokowi, yang sempat diserang habis-habisan, justru merangkul Pak Prabowo. Ini bukan soal kalah-menang, melainkan soal kedewasaan berdemokrasi. PSI harus belajar dari keteladanan ini,” ujarnya penuh penekanan.
Jeffrie juga menyebut bahwa selama beberapa tahun terakhir, PSI mengalami fase sulit. Elektabilitas sempat stagnan di bawah 1 persen, banyak pengurus pesimistis, bahkan ia menyebut sempat merasa 'menangis dalam diam'.
“Kita pernah ada di titik nol koma. Tapi kita tidak menyerah. Hari ini kita bangkit, dan kita harus menatap ke depan. Kita buktikan PSI bukan hanya partai muda, tapi partai yang matang dalam ujian,” pungkasnya.(Ismail/Jawa Tengah)