Timothy Ronald Dapet Julukan Baru Sebagai Warren Buffett Indonesia, Kok Bisa?

Di usia 24 tahun, Timothy Ronald telah mencuri perhatian dunia keuangan Indonesia. Dengan kepemilikan mencapai 11 juta lembar saham Bank Central Asia (BBCA), Timothy disebut-sebut sebagai salah satu investor muda paling berpengaruh saat ini, bahkan mulai dijuluki sebagai “Warren Buffett Indonesia.”
Ketertarikan Timothy pada dunia pasar modal dimulai sejak usia 14 tahun. Pada masa itu, ia bukan hanya membaca, tetapi mendalami buku-buku klasik Benjamin Graham, mentor investasi Warren Buffett seperti The Intelligent Investor. Dari situlah ia belajar pentingnya melihat saham sebagai sebuah perusahaan bukan hanya sekedar angka dan grafik. Scroll untuk tahu lebih lanjut, yuk!
Selama 11 tahun menekuni pasar modal, prinsip tersebut menjadi fondasi strateginya: memilih perusahaan dengan fundamental kuat, kemudian berinvestasi dalam jangka panjang. Filosofi sederhana namun konsisten ini membuat Timothy sering disandingkan dengan para investor legendaris dunia.
Kepemilikan Timothy atas 11 juta saham BBCA bukan semata-mata langkah spekulatif. Bagi dirinya, BBCA merupakan simbol stabilitas, kepercayaan publik, dan pertumbuhan berkelanjutan.
“Investasi bukan hanya soal mengejar keuntungan cepat,” ujar Timothy dalam keterangannya, dikutip Kamis 28 Agustus 2025.
“Bagi saya, investasi adalah tentang kesabaran dan disiplin jangka panjang. Jika hasilnya adalah keuntungan, maka itu hanyalah buah dari prinsip yang benar dijalankan dengan konsisten,” sambungnya.
Dengan langkah ini, Timothy juga menunjukkan kepercayaan besarnya pada prospek ekonomi Indonesia yang terus berkembang dan semakin diakui dunia.
Meski sering disandingkan dengan Warren Buffett, Timothy menegaskan bahwa ia sedang menapaki jalannya sendiri. Bagi dirinya, kesuksesan tidak hanya diukur dari kapital yang berhasil dikumpulkan, tetapi juga dari seberapa besar ia mampu mendorong generasi muda Indonesia untuk melek investasi dan berani berpikir jangka panjang.
Selain dunia investasi, Timothy juga dikenal dengan misi sosialnya membangun 1.000 sekolah di seluruh Indonesia. Bagi dirinya, kekayaan sejati tidak hanya diukur dari aset finansial, tetapi dari dampak jangka panjang yang dapat ia berikan bagi generasi berikutnya.
Langkah ini menegaskan bahwa perjalanan Timothy bukan sekadar mengejar imbal hasil finansial, melainkan juga membangun legacy yang akan hidup ratusan tahun ke depan.