Dedi Mulyadi Klarifikasi Jejak Digital Usai Disebut Bohong Tak Tahu Acara Makan Gratis Nikahan Anaknya

Gubernur Jawa Barat Dedi Mulyadi memberikan klarifikasi terkait tragedi pesta rakyat Garut yang terjadi dalam rangkaian acara pernikahan anaknya, Maulana Akbar Habibie, dengan Wakil Bupati Garut, Putri Karlina.
Dalam kejadian tersebut, tiga orang meninggal dunia akibat berdesak-desakan saat mengantre makanan gratis di Alun-alun Pendopo Garut pada Jumat, 18 Juli 2025.
Dedi menyatakan bahwa kegiatan makan gratis yang menelan korban jiwa bukan bagian dari jadwal resmi yang telah ia susun.
Dalam keterangannya di Gedung DPRD Jabar, Bandung, Sabtu (19/7/2025), Dedi menjelaskan bahwa dalam agendanya, pesta rakyat baru akan digelar pada malam hari dengan pertunjukan seni.
"Saya jelaskan, yang kemarin itu seharusnya dilakukan malam hari saat berbarengan dengan acara kesenian. Sudah jelas saya sampaikan di YouTube, hari Jumat jam tujuh malam ada Ohang, Kiwil, dan lainnya," ujar Dedi.
Ia juga menegaskan bahwa kegiatan pada pukul 13.00 siang tidak tercantum dalam agenda yang disusun olehnya.
Segala kebutuhan logistik, termasuk area makanan, telah disiapkan untuk kegiatan malam hari, bukan siang.
Dedi juga menampik keterlibatan anggaran pemerintah dalam acara tersebut. Ia bahkan menolak usulan agar kegiatan syukuran ini digabung dengan program Pemprov Jabar, yaitu "Abdi Nagri Nganjang ka Warga."
"Saya waktu itu menolak ketika ada tawaran untuk bareng sama Nganjang ka Warga. Saya menolak karena itu adalah agenda pemerintah, sedangkan ini adalah acara pribadi," tegasnya.
Bagaimana Persiapan Acara Dilakukan oleh Keluarga?
Gubernur Jawa Barat Dedi Mulyadi saat berbincang dengan anaknya, Maula Akbar terkait resepsi pernikahan Maula dengan Wakil Bupati Garut Putri Karlina sebelum tragedi berdarah tiga orang tewas.
Dalam video yang diunggah pada 15 Juli 2025 di kanal YouTube Dedi Mulyadi, terlihat diskusi antara Dedi dan Maula mengenai teknis acara syukuran.
Dedi sudah mengingatkan anaknya bahwa kehadiran masyarakat akan membeludak dan penting untuk memperhitungkan kenyamanan serta keselamatan.
Maula merespons bahwa acara hiburan akan digelar pada Jumat malam dengan berbagai pertunjukan rakyat dan sajian makanan dari pelaku UMKM.
Ia menyebut bahwa mereka telah menyiapkan ribuan porsi makanan, seperti klepon, awug, bakso, mi ayam, soto, nasi goreng, burayot, dan sate Purwakarta.
"Makanan gratis untuk banyak. Lima ribu? Sekuat-kuatnya," ujar Maula kala itu.
Dedi bahkan sempat menanyakan kesiapan anggaran.
"Waduh, duitnya cukup nggak?" tanya Dedi, yang dijawab Maula dengan yakin, "Cukup."
Pasca tragedi, Dedi mengaku sudah mewanti-wanti agar tidak mengadakan kegiatan makan gratis yang melibatkan massa besar. Ia menyatakan hanya menyetujui acara resepsi dan pagelaran seni yang digelar Jumat malam.
"Saya kedatangan dari event organizer, dan saya sudah mewanti-wanti tidak boleh ada kegiatan yang melibatkan orang banyak untuk makan-makan," ucap Dedi saat mengunjungi rumah salah satu korban meninggal di Garut.
Bagaimana Bentuk Tanggung Jawab Keluarga?
Sebagai bentuk tanggung jawab moral, keluarga mempelai memberikan santunan kepada keluarga korban. Maula menyerahkan Rp 100 juta, dan Dedi menambahkan Rp 150 juta.
"Saya adalah orangtua dari mempelai, maka saya bertanggung jawab terhadap peristiwa ini," ujar Dedi.
Dedi menyatakan dukungan penuh terhadap upaya investigasi yang dilakukan oleh Polda Jabar.
Ia berharap proses penyelidikan dilakukan secara transparan agar masyarakat mendapatkan informasi yang objektif.
"Saya orang yang ingin selalu terbuka. Saya mendukung upaya penyelidikan secara transparan oleh Polda Jabar," katanya.
Sebagian artikel ni telah tayang di dengan judul "Dedi Mulyadi Tegaskan Peristiwa Maut di Garut di Luar Rencana Awal Syukuran Pernikahan Anaknya".