Benarkah Stres Bisa Menurunkan Berat Badan? Simak Penjelasan Ahli

Ada anggapan stres bikin kurus, alias memengaruhi penurunan berat badan. Benarkah demikian?
Adapun stres berat tak hanya pengaruhi mental, tapi juga fisik. Psikolog klinis sekaligus Director of Behavioral Services di Cleveland Clinic, Kasey Goodpaster, Ph.D. menjelaskan, stres memicu reaksi klasik fight or flight.
Fight or flight merupakan respons diri akan situasi penuh tekanan yaitu bertahan atau pergi. Tubuh bersiap menghadapi ancaman dengan meningkatkan detak jantung, ketegangan otot, dan pernapasan.
“Selama mode fight or flight, fungsi tubuh lain seperti pencernaan diperlambat. Mobilitas saluran cerna menurun, yang dapat memengaruhi nafsu makan,” jelas Goodpaster, dilansir dari Prevention, Kamis (4/9/2025).
Kondisi stres bisa membuat seseorang kehilangan selera makan, bahkan melupakan kebutuhan dasar tubuh untuk mengonsumsi makanan.
Mengapa stres bisa menurunkan berat badan?
Banyak yang percaya stres bikin kurus. Benarkah demikian? Simak penjelasan ahli tentang alasan di baliknya dan kapan sebaiknya waspada.
David H. Rosmarin, Ph.D., asisten profesor psikologi di Harvard Medical School, mengatakan, stres bisa memicu penurunan berat badan. Namun, hal itu tidak berlaku untuk semua orang.
“Jika orang merasa sangat sibuk, kewalahan, atau mengalami trauma, mereka bisa kehilangan nafsu makan. Saat benar-benar fokus bertahan, mereka tidak punya waktu dan tidak ada selera makan,” jelas Rosmarin.
Goodpaster menambahkan, ketika seseorang makan jauh lebih sedikit dari biasanya akibat stres, metabolisme tubuh ikut melambat.
Tubuh masuk ke mode “kelaparan”, menyimpan lemak, dan justru membakar massa otot. Hal ini membuat berat badan turun dalam jangka pendek.
Kenapa tidak semua orang bisa turun berat badan akibat stres?
Banyak yang percaya stres bikin kurus. Benarkah demikian? Simak penjelasan ahli tentang alasan di baliknya dan kapan sebaiknya waspada.
Tidak semua stres berakibat pada penurunan berat badan, beberapa orang justru mengalami peningkatan nafsu makan saat stres. Menurut Goodpaster, jenis stres yang dialami seseorang berperan besar.
“Stres akut biasanya menekan nafsu makan, sedangkan stres kronis sering dikaitkan dengan peningkatan keinginan makan dan kenaikan berat badan,” jelas Goodpaster.
Faktor lain yang memengaruhi adalah hormon. Stres dapat mengacaukan sistem endokrin, termasuk hormon kortisol (hormon stres) dan ghrelin (hormon lapar).
Kondisi ini menjelaskan mengapa sebagian orang justru makan berlebihan saat stres, sedangkan yang lain kehilangan selera makan.
Selain itu, cara seseorang belajar menghadapi stres juga berpengaruh. Rosmarin mencontohkan, orang yang terbiasa menjadikan makanan sebagai pelarian akan lebih mungkin makan lebih banyak saat stres.
Sebaliknya, mereka yang terbiasa mengabaikan rasa lapar atau mengalihkan perhatian dengan aktivitas lain, mungkin justru lupa makan.
Kapan harus khawatir dengan dampaknya?
Banyak yang percaya stres bikin kurus. Benarkah demikian? Simak penjelasan ahli tentang alasan di baliknya dan kapan sebaiknya waspada.
Menurut Rosmarin, sebagian besar penurunan berat badan akibat stres tidak perlu terlalu dikhawatirkan.
“Biasanya perubahan kurang dari 10 pon (sekitar empat kilogram) atau lima persen dari massa tubuh tidak dianggap signifikan secara klinis. Berat badan manusia memang cenderung naik turun dalam kisaran tertentu,” jelas Rosmarin.
Namun, jika stres membuat berat badan turun drastis dan disertai rasa lemas, sulit tidur, atau kehilangan energi, hal itu bisa menjadi tanda tubuh membutuhkan perhatian lebih.
Goodpaster menambahkan, ketika situasi hidup kembali stabil, tubuh biasanya juga menyesuaikan diri. Nafsu makan akan pulih dan berat badan dapat kembali ke angka semula.
“Saat pola makan kembali normal, berat badan bisa cepat kembali karena massa otot yang hilang membuat tubuh membakar kalori lebih sedikit,” katanya.
Di saat situasi tidak menentu, Kompas.com tetap berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Ikuti terus update terkini dan notifikasi penting di Aplikasi Kompas.com.