Beras Lagi Mahal, Ini Alternatif Penggantinya Menurut Chef dan Ahli Gizi

pengganti beras, pengganti nasi, pangan alternatif pengganti beras, pangan alternatif pengganti nasi, pangan nasional pengganti beras, Beras Lagi Mahal, Ini Alternatif Penggantinya Menurut Chef dan Ahli Gizi

Ramainya isu harga beras yang melambung di pasaran saat ini membuat sedikit banyaknya masyarakat perlu melirik pangan alternatif pengganti beras.

Seperti diberitakan Kompas.com (24/8/2025) Kompas.com mendapati pasokan beras menipis di pasar tradisional dan ritel modern Jakarta Selatan. Harga pun naik tajam. 

Di Superindo Mayestik, Kebayoran Baru, rak beras tampak kosong. Satu-satunya yang tersedia hanya merek Topi Koki, kemasan lima kilogram, dijual Rp 140.790.

Namun, ironinya, pemerintah justru mengklaim stok beras nasional aman hingga akhir tahun.

Melihat hal ini, chef dan ahli gizi yang Kompas.com hubungi pada Selasa (26/8/2025) sepakat menilai bahwa masyarakat Indonesia, khususnya yang mendapati harga beras melambung dari biasanya, perlu melihat lebih luas bahwa pangan berupa karbohidrat di Indonesia tidak terbatas hanya berpatokan pada beras.

Chef sekaligus SW & CO Hospitality Consultant PT Suwanta Indonesia Maju, Suwanta mengatakan bahwa permasalahan krisis pangan di Indonesia bukanlah isu yang baru muncul kemaren sore. Namun, sudah terjadi sebelum isu tingginya harga beras bermunculan seperti saat ini.

Kata Suwanta, yang menjadi permasalahan ialah tidak semua masyarakat Indonesia familier dengan pangan pengganti beras, khususnya masyarakat di kota besar seperti Jakarta.

"Kalau kita bicara daerah Sulawesi, Sumatera, Kalimantan, Ambon, apalagi NTT, sebenarnya mereka tidak pernah khawatir kalau tidak ada beras. Yang menjadi concern adalah di Jawa, kalau mereka tidak tercapai dengan beras, apakah mereka familier dengan makanan pengganti?," kata Suwanta kepada Kompas.com melalui sambungan telepon, Selasa (26/8/2025).

Mengingat, secara budaya, masyarakat di luar Pulau Jawa ada opsi pangan lain pengganti beras. Serta, secara geografis, kawasan seperti Indonesia bagian timur lebih cocok untuk perkebunan.

"Kalau padi, itu kan di area-area tertentu, tetapi memang menguasai, dan itu menjadi tumpuan pokok untuk kebudayaan nasional," ujarnya.

Lantas, apa saja alternatif pangan yang bisa dimanfaatkan sebagai pengganti beras?

Sorgum pengganti beras

pengganti beras, pengganti nasi, pangan alternatif pengganti beras, pangan alternatif pengganti nasi, pangan nasional pengganti beras, Beras Lagi Mahal, Ini Alternatif Penggantinya Menurut Chef dan Ahli Gizi

Bulir biji sorgum hasil penanaman di daerah Balun Ijuk, Bangka, Kepulauan Bangka Belitung, Minggu (15/10/2023).

Ada banyak alternatif pangan pengganti beras yang bisa dipilih oleh masyarakat Indonesia. Paling umum bisa menggunakan sorgum.

Dosen Gizi di UIN Sunan Ampel Surabaya (UNISA) sekaligus Ketua Persatuan Ahli Gizi Indonesia (PERSAGI) kota Surabaya Laili Rahmawati mengatakan, sorgum pada dasarnya termasuk dalam kelompok tanaman Serealia.

"Sorgum itu golongan Serealia, dia mempunyai karakteristik lengket, mirip jagung sama beras. Jadi seperti ketan, tapi dia agak bulat-bulat warnanya coklat," kata Laili kepada Kompas.com melalui sambungan telepon, Selasa (26/8/2025).

Ia melanjutkan, sorgum punya kandungan zat besi dan serat yang cukup tinggi. Sorgum bisa dimasak seperti nasi pada umumnya, atau bisa pula dikukus dan diberi kelapa.

Dibandingkan dengan padi, kata Laili, sorgum lebih mudah ditanam, karena tidak butuh aliran air yang banyak untuk tumbuh.

Jika belum cukup familier dengan sorgum, tambahnya, sorgum bisa dimasak bersama nasi untuk proses pengenalan pada lidah.

Caranya, sorgum dicampur bersama beras, kemudian dimasak secara bersamaan. Dengan begitu, olahannya bisa menghasilkan pangan yang lebih padat.

Chef yang berkutat di gastronomi Indonesia dan kerap mengangkat masakan Indonesia, Ragil Imam Wibowo, atau akrab disapa Chef Ragil menuturkan, memasak sorgum sama halnya dengan memasak nasi. Kamu bisa menanak sorgum bersama air ataupun dengan santan supaya lebih gurih.

"Kalau senang pakai santan, masaknya pakai santan. Terus dikasih daun salam, serai, daun jeruk, jadi kayak nasi uduk, itu enak banget," kata Ragil kepada Kompas.com melalui sambungan telepon, Selasa (26/8/2025).

Lauk pendamping sorgum, kata Ragil, bisa beragam, seperti bisa disantap dengan ayam goreng, disantap dengan lauk berkuah, atau bisa juga sorgum diolah menjadi nasi goreng.

"Jadi itu (sorgum) bukan satu makanan yang aneh, yang harus dibuat atau diolah macam-macam menjadi sesuatu dulu," terangnya.

Takaran air untuk memasak sorgum pun sama halnya dengan memasak nasi. Biasanya, kata Ragil, masyarakat Indonesia menggunakan takaran 1,5 buku jari untuk takaran air pada beras.

Proses memasaknya bisa menggunakan panci penanak nasi secara manual, atau bisa pula dengan alat penanak nasi supaya lebih mudah.

Kendati demikian, Laili mengingatkan untuk tetap mengingat pentingnya mengikuti panduan isi piring.

"Kalau kami dari gizi, justru menganjurkan kalau kita makan itu beraneka ragam. Kalaulah sumber karbohidrat itu tidak hanya nasi, bisa singkong, bisa kentang, bisa umbi, makaroni, dan sebagainya," kata Laili.

Pisang pengganti beras

pengganti beras, pengganti nasi, pangan alternatif pengganti beras, pangan alternatif pengganti nasi, pangan nasional pengganti beras, Beras Lagi Mahal, Ini Alternatif Penggantinya Menurut Chef dan Ahli Gizi Pangan alternatif selanjutnya yang bisa dihidangkan sebagai pengganti beras yaitu pisang.

Kata Suwanta, pisang umum disajikan sebagai karbohirat di daerah Ambon dan Sulawesi. Jenis pisang yang dipakai yaitu pisang tanduk mentah.

"Pisang tanduk itu sangat bagus, sangat sehat, pisang tanduk yang digunakan itu tidak masak, dia masih mentah. Jadi, dimasak dengan cara direbus atau dikukus, sebagai pengganti karbohidrat," katanya.

Satu buah pisang tanduk berukuran besar, lanjutnya, bisa disajikan untuk dua kali makan.

Cara pengolahannya cukup mudah, tinggal dikukus bersama daun pandan supaya harum dan empuk, kemudian santap bersama aneka lauk layaknya menyantap nasi.

"Sayur dan lauk (untuk disantap bersama pisang) normal, kalau suka sambal, itu tambah cocok," katanya.

Selain dikukus, pisang tanduk ini katanya juga sedap dimasak dengan cara digoreng polos, setelah itu disantap bersama aneka lauk. Di daerah Sulawesi, lanjutnya, pisang biasa disantap bersama ikan dan sambal dabu-dabu.

Ubi pengganti beras

pengganti beras, pengganti nasi, pangan alternatif pengganti beras, pangan alternatif pengganti nasi, pangan nasional pengganti beras, Beras Lagi Mahal, Ini Alternatif Penggantinya Menurut Chef dan Ahli Gizi

Ilustrasi ubi, salah satu pangan pengganti beras.

Pilihan pangan lainnya yang bisa dimanfaatkan sebagai pengganti beras yaitu ubi. Kata Suwanta, komoditas ubi di kawasan Wonogiri, Gunung Kidul, dan Jawa Timur termasuk melimpah.

Ketersediaan komoditas ini, katanya, bisa dimanfaatkan dan dibudidayakan sebagai pangan pengganti beras.

Sejalan, Laili menuturkan bahwa ada beragam jenis ubi di daerah Jawa Timur yang bisa dimanfaatkan sebagai pengganti beras.

"Sebenarnya pangan lokal kita itu cukup banyak, terutama jenis ubi. Jenis ubi di Jawa Timur khususnya, ada ubi jalar, ada ubi kayu atau singkong, ada ubi gembili, ada talas, ada kentang, sebenarnya kita bisa angkat lagi," kata Laili.

Bahkan, kata Laili, jika dibandingkan dengan nasi putih, untuk 135 gram ubi jalar, kandungannya setara dengan 100 gram nasi putih. Tentunya akan lebih mengenyangkan.

Kendati demikian, tambah Laili, tidak dapat dipungkiri bahwa bagi sebagian orang dengan kondisi perut yang sensitif, akan menyebabkan perut terasa kembung saat menyantap ubi.

"Karena dia (ubi) mengandung flatulence, (menyebabkan) kembung terus buang angin. Itu ada beberapa yang sensitif seperti itu. Tapi kalau yang tidak sensitif, dia (ubi) sangat menguntungkan dari segi serat," katanya.

Selain lezat disantap, sambungnya, ubi juga cocok disantap oleh orang yang sedang diet menurunkan berat badan.

Sebab, lanjutnya, ubi termasuk pangan yang awet di lambung, sehingga membuat perut terasa kenyang lebih lama dibanding mengonsumsi nasi.

Kata Laili, normalnya, kebutuhan karbohidrat untuk tubuh yakni antara 50 sampai 60 persen dari kebutuhan gizi sehari-hari. Sementara untuk yang sedang diet atau penderita obesitas, kebutuhannya hanya 1/4  dari keburuhan gizi tubuh perhari.

Melihat polemik mahalnya harga beras, sementara Indonesia punya beragam pangan alternatif, Laili menilai perlu adanya dorongan atau percontohan dari pemerintah ataupun figur publik untuk mempopularkan makan makanan pengganti beras.

Ia juga menilai, pemanfaatan bahan pangan selain beras ini berpeluang besar dikembangkan di Indonesia asal diimbangi dengan teknologi yang memadai.

"Asal diimbangi dengan teknologi, dukungan pasar yang memadai, bisa memproduksi,  jadi harus lintas sektor," pungkas Laili.

Terangi negeri dengan literasi, satu buku bisa membuka ribuan mimpi. Lewat ekspedisi Kata ke Nyata, Kompas.com ingin membawa ribuan buku ke pelosok Indonesia. Bantu anak-anak membaca lebih banyak, bermimpi lebih tinggi. Ayo donasi via Kitabisa!