Job Padat, Rayyan Arkan Dikha Bocah Pacu Jalur Akui Kelelahan Jelang Tampil di Piala Presiden

Rayyan Arkan Dikha, bocah berusia 11 tahun asal Kuantan Singingi (Kuansing), Riau, mendadak menjadi viral setelah aksinya menari di haluan perahu saat tradisi Pacu Jalur menyebar luas di media sosial.
Tarian unik yang dilakukan Dikha, dikenal sebagai "aura farming", menarik perhatian warga dari berbagai penjuru dunia. Gerakannya seperti menepuk-nepuk udara, menggulung tangan, dan mengayun ritmis dijadikan parodi dan tren di platform seperti TikTok.
Dalam tradisi Pacu Jalur, anak yang menari di ujung perahu disebut sebagai "Togak Luan". Perannya bukan hanya estetika, tetapi juga menjadi simbol semangat dan kehormatan.
Dikha menari di jalur yang juga dinaiki ayahnya, Supriono, seorang pendayung dari Jalur Tua Koghi Dubalang Ghajo, Desa Pintu Gobang Kari.
Mengapa Jadwal Dikha Begitu Padat?
Sejak viral, Dikha kebanjiran undangan tampil. Ia diundang ke berbagai acara, mulai dari menjadi bintang tamu di stasiun televisi nasional, bertemu dengan Menteri Pariwisata dan Menteri Kebudayaan, hingga tampil dalam acara Riau Bhayangkara Run yang digelar Polda Riau.

Tak berhenti di situ, Dikha dijadwalkan kembali ke Jakarta untuk hadir dalam acara penutupan Piala Presiden.
“Kemarin tiga hari di Jakarta, habis itu ke Pekanbaru, Dikha diundang Polda Riau,” kata ibunya, Rani Ridawati, Sabtu (12/7/2025).
Bagaimana Kondisi Kesehatan dan Psikologis Dikha?
Meski senang melihat anaknya tampil di banyak acara, Rani mengakui bahwa Dikha sudah mulai kelelahan.
“Dia sudah tampak kelelahan. Dia bilang, ‘Capek, Dikha, Bu’. Jadi saya harus jaga juga kesehatannya, istirahat yang cukup, dan kami beri dia vitamin,” ujarnya.
Kelelahan bukan satu-satunya tantangan. Dikha, yang masih anak-anak, juga merasa bosan karena harus mengikuti arahan saat tampil.
“Dia bosan katanya diatur-atur. Ya, namanya juga anak-anak, dia pengennya main. Kadang kami suruh coba ganti-ganti gaya nari Pacu Jalur, dia nggak mau,” ujar Rani.
Ayahnya, Supriono, menambahkan bahwa sejak Pacu Jalur tingkat rayon, Dikha belum mendapatkan waktu istirahat yang cukup.
“Sebenarnya dia sudah capek. Dia pengen main. Makanya kami tetap jaga kesehatannya,” katanya.
Meski demikian, keluarga tetap mendampingi dan memberi semangat agar Dikha tetap sehat dan bahagia. Viralitas Dikha membawa kebanggaan tersendiri bagi keluarganya.
“Kami merasa senang dan bangga Pacu Jalur jadi dikenal dunia,” kata Rani.
“Ya, enggak nyangka. Karena kan banyak anak Togak Luan yang lain juga. Alhamdulillah, sudah rezeki dia," tambah Supriono.
Meski awalnya hanya bagian dari tradisi lokal, tarian Dikha kini menjadi representasi budaya Melayu Riau yang diangkat ke panggung nasional dan internasional.
Sebagian artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "".