Pengalaman Memakai Mobil Listrik di Indonesia, Dari Wuling AirEV ke BYD M6

Simak pengalaman memakai mobil listrik di Indonesia dari pengguna Wuling AirEV dan BYD M6 yang menarik.

Pengalaman Memakai Mobil Listrik di Indonesia, Dari Wuling AirEV ke BYD M6, Biaya Bulanan Menggunakan Wuling AirEV, Kendala dalam Penggunaan Mobil Listrik, Kebutuhan Mobil 3 Baris Seperti BYD M6, Tren Mobil Listrik di Lingkungan Kerja, Pembangunan Infrastruktur SPKLU
Setahun di Indonesia, BYD M6 sudah Laku 10 Ribu Unit Lebih (Arief A/Liputan6.com) (©@ 2025 otosia.com)

Pengalaman memakai mobil listrik di Indonesia semakin menarik perhatian. Erwindiawan, seorang karyawan swasta dari Tangerang Selatan, berbagi kisahnya setelah beralih dari mobil konvensional ke mobil listrik. "Biaya operasional jauh lebih irit dan ramah lingkungan," ujarnya. Penggunaan mobil listrik di Indonesia memang sedang meningkat, dengan penjualan yang terus bertambah setiap tahunnya.

Sejak 2021, penjualan mobil listrik di Indonesia menunjukkan tren positif, didorong oleh kebijakan pemerintah dan kesadaran masyarakat akan pentingnya lingkungan. Mobil listrik kini menjadi pilihan bagi banyak orang yang ingin mengurangi jejak karbon mereka. Namun, pengalaman pengguna masih bervariasi tergantung pada beberapa faktor.

Erwindiawan sebelumnya menggunakan berbagai mobil konvensional seperti Avanza, Innova, dan Livina. Ia memutuskan untuk beralih ke Wuling AirEV dan BYD M6 karena beberapa alasan. Pertama, biaya operasional yang lebih hemat, bahkan bisa mencapai 90% dibandingkan mobil bensin. Kedua, mobil listrik lebih ramah lingkungan, dan ketiga, ada banyak keuntungan lain yang ditawarkan.

Biaya Bulanan Menggunakan Wuling AirEV

Pengalaman Memakai Mobil Listrik di Indonesia, Dari Wuling AirEV ke BYD M6, Biaya Bulanan Menggunakan Wuling AirEV, Kendala dalam Penggunaan Mobil Listrik, Kebutuhan Mobil 3 Baris Seperti BYD M6, Tren Mobil Listrik di Lingkungan Kerja, Pembangunan Infrastruktur SPKLU
Wuling luncurkan Mobil Ramah Lingkungan yang diberi nama Air ev, credit: Wuling @ 2023 otosia.com

Erwindiawan menjelaskan bahwa biaya bulanan yang dikeluarkan hanya untuk pengisian daya dan servis. "Biaya charging di rumah tidak sampai Rp1 juta per bulan," ungkapnya. Dengan Wuling AirEV yang memiliki baterai 26 kWh, pengisian daya di rumah lebih murah karena tarif listrik yang lebih rendah, sekitar Rp1.400/kWh.

Penghematan yang signifikan ini membuatnya merasa sangat puas. "Sangat worth it, terutama untuk penggunaan harian rumah-kantor," tambahnya. Beralih ke BYD M6, ia merasakan kemudahan pengisian daya yang lebih cepat, dari 50% ke 100% hanya membutuhkan sekitar 15 menit.

Kendala dalam Penggunaan Mobil Listrik

Meski banyak keuntungan, Erwindiawan juga menghadapi beberapa kendala. Salah satunya adalah integrasi aplikasi charging yang seringkali tidak responsif. "SPKLU sering kosong, dan aplikasinya tidak kompatibel," keluhnya. Keterbatasan infrastruktur pengisian daya masih menjadi masalah utama, terutama di luar kota-kota besar.

Selain itu, jarak tempuh mobil listrik yang terbatas menjadi pertimbangan. Pengalaman perjalanan jauh menggunakan AirEV ke Jogja terasa melelahkan karena waktu pengisian yang lama. "Butuh waktu lama untuk charging dan login ke aplikasi SPKLU," ujarnya. Hal ini membuat perencanaan perjalanan menjadi sangat penting.

Kebutuhan Mobil 3 Baris Seperti BYD M6

Pengalaman Memakai Mobil Listrik di Indonesia, Dari Wuling AirEV ke BYD M6, Biaya Bulanan Menggunakan Wuling AirEV, Kendala dalam Penggunaan Mobil Listrik, Kebutuhan Mobil 3 Baris Seperti BYD M6, Tren Mobil Listrik di Lingkungan Kerja, Pembangunan Infrastruktur SPKLU
BYD M6 diklaim dikembangkan khusus untuk pasar Indonesia. (Liputan6.com / Septian) @ 2024 otosia.com

Erwindiawan memilih BYD M6 karena memiliki tiga baris kursi, menggantikan mobil bensin keluarga sebelumnya.

"Kebutuhan pasar Indonesia sudah lama ke arah mobil 3 baris," jelasnya. Ketika BYD M6 dirilis, mobil ini langsung laku keras, menunjukkan tingginya permintaan akan mobil listrik yang sesuai dengan kebutuhan keluarga.

Tren Mobil Listrik di Lingkungan Kerja

Di lingkungan kerja, tren penggunaan mobil listrik juga semakin meningkat. "Sekarang semua mobil di rumah saya sudah listrik, mobil bensin sudah tidak ada," ungkap Erwindiawan. Bahkan, di kantornya banyak rekan kerja yang mulai beralih ke mobil listrik, termasuk bosnya yang menggunakan Hyundai Ioniq dan Denza.

Alasan utama mereka beralih adalah demi mendukung program go green dan menghemat biaya. Dengan semakin banyaknya pengguna mobil listrik, diharapkan kesadaran akan pentingnya lingkungan semakin meningkat.

Pembangunan Infrastruktur SPKLU

Erwindiawan menanggapi pembangunan V-GREEN oleh VinFast yang diharapkan dapat membantu mengatasi masalah infrastruktur pengisian daya. "Semakin banyak pilihan dan SPKLU, semakin baik edukasi dan pengalaman konsumen," katanya. Namun, ia juga menekankan pentingnya penyebaran SPKLU yang luas dan kompatibel agar semua pengguna merasa nyaman.

"Kalau VinFast bisa menghadirkan mobil listrik 3 baris dengan harga terjangkau, saya yakin akan sangat laku," tutupnya. Dengan dukungan infrastruktur yang baik, pengalaman memakai mobil listrik di Indonesia bisa semakin meningkat.