Buntut Marak Kerusuhan, Denny JA Sebut Prabowo Perlu Perkuat Early Warning System

Buntut Marak Kerusuhan, Denny JA Sebut Prabowo Perlu Perkuat Early Warning System

Kerusuhan yang melanda Jakarta hingga Makassar akhir Agustus kemarin menjadi pengingat keras, bahwa bangsa tengah menghadapi ujian besar.

Gedung DPRD Makassar luluh lantak, rumah pejabat dijarah, hingga korban jiwa berjatuhan.

Penulis sekaligus pengamat politik senior, Denny JA mengatakan, bahwa dukungan untuk Presiden RI, Prabowo Subianto, justru perlu dipertegas.

“Ketika simbol demokrasi dibakar, yang rusak bukan hanya gedung fisik, tetapi juga kepercayaan rakyat,” ujarnya.

Menurutnya, ada tiga alasan mendasar mengapa gejolak sosial meletus. Pertama, terjadi kesenjangan yang menjadi luka kolektif.

"Ketimpangan ekonomi membuat hidup semakin menghimpit rakyat kecil. Bukan hanya soal uang, melainkan juga martabat," jelasnya.

Kedua, erosi kepercayaan pada lembaga. Menurut Denny JA, parlemen dan aparat dipandang lebih sibuk melayani penguasa ketimbang melindungi rakyat.

Ketiga, terjadinya ledakan emosi di era ketidakpastian. Lonjakan harga, ketidakpastian global, hingga media sosial menjadi pemicu cepat amarah massal.

“Api itu bukan sekadar menjilat kayu dan besi, melainkan juga pondasi solidaritas kita,” ungkap Denny JA.

Di tengah badai sosial, Denny JA menilai, dukungan kepada nakhoda justru memudahkan kapal berlayar.

Denny JA juga menegaskan, bahwa dukungan bukan berarti tanpa kritik.

“Justru dari krisis, kita belajar hal-hal yang perlu ditambahkan dalam leadership Presiden Prabowo,” katanya.

Menurutnya ada tiga hal yang juga perlu ditambahkan dalam leadership Prabowo ke depannya, yaitu:

1. Big Spending Government

Pada masa krisis, hukum ekonomi bukan efisiensi, melainkan penggerak roda rakyat.

Anggaran negara harus menjadi energi kehidupan: program padat karya, subsidi tepat sasaran, dan infrastruktur yang menghidupkan dapur rakyat.

2. Saluran Alternatif: Telinga Kedua Presiden

Presiden perlu kanal independen lintas disiplin, seperti akademisi, sosiolog, lembaga survei, hingga tokoh budaya untuk memberi masukan apa adanya, bukan laporan birokrasi yang dipoles.

Melalui early warning system ini, keresahan rakyat bisa terbaca sebelum berubah jadi api di jalanan.

Prabowo juga harus membentuk forum dialog terbuka secara reguler. Ia perlu intelektual kritis, komunitas akar rumput, serta perwakilan oposisi. Jadi, setiap suara didengar dan solusi benar-benar dirasakan adil oleh semua lapisan masyarakat.

3. Eksekutor yang Kuat

Program populis seperti Makan Siang Gratis, Koperasi Merah Putih, dan lainnya, hanya bermakna jika dieksekusi tim tangguh dengan pilot project yang disiplin target serta transparan.

“Gagasan besar akan hambar jika tidak dieksekusi kuat. Prabowo perlu memastikan dan mengevaluasi berkala, ada eksekutor tangguh yang benar-benar bekerja efektif,” kata Denny JA. (*)