Denny JA Ungkap 3 Hal Perlu Ditambah dalam Kepemimpinan Prabowo Memimpin Indonesia

Denny JA
Denny JA

Kerusuhan yang melanda Jakarta hingga Makassar akhir Agustus kemarin menjadi pengingat keras bahwa bangsa tengah menghadapi ujian besar. Gedung DPRD Makassar bahkan luluh lantak, rumah pejabat dijarah, dan korban jiwa berjatuhan. 

Dalam kondisi genting ini, dukungan untuk Presiden Prabowo justru perlu dipertegas, Tentu dengan catatan penguatan.

“Ketika simbol demokrasi dibakar, yang rusak bukan hanya gedung fisik, tetapi juga kepercayaan rakyat,” ujar penulis dan pengamat politik senior, Denny JA dalam keterangan tertulisnya, Senin 1 September 2025.

Menurut Denny JA, ada tiga sebab mendasar mengapa gejolak sosial meletus. Pertama, terjadi kesenjangan yang menjadi luka kolektif.

"Ketimpangan ekonomi membuat hidup semakin menghimpit rakyat kecil, bukan hanya soal uang, melainkan juga martabat," jelasnya.

Sebab kedua adalah erosi kepercayaan pada lembaga. Menurut Denny JA, parlemen dan aparat dipandang lebih sibuk melayani penguasa ketimbang melindungi rakyat.

Sebab ketiga adalah ledakan emosi di era ketidakpastian. Lonjakan harga, ketidakpastian global, dan media sosial menjadi pemicu cepat amarah massal.

“Api itu bukan sekadar menjilat kayu dan besi, melainkan juga pondasi solidaritas kita,” ungkap Denny JA.

Di tengah badai sosial, bangsa ibarat kapal besar yang dihantam gelombang. Denny JA menilai, di saat seperti ini, dukungan kepada nakhoda justru memudahkan kapal berlayar. 

"Prabowo telah berada di kursi kendali, mengenal peta bahaya, dan memahami koordinat tujuan. Dukungan padanya adalah syarat moral agar kapal Indonesia selamat,” jelas Denny JA.

Dia menguraikan, ada tiga alasan pokok mengapa dukungan kepada Prabowo perlu dipertegas yakni kapal besar butuh nakhoda yang tetap, ketegasan pemimpin adalah vaksin psikologis rakyat, serta figur pemersatu di tengah luka kolektif.

Menurut Denny JA, Prabowo memiliki tiga unsur itu. Ia menegaskan bahwa dukungan bukan berarti tanpa kritik. 

“Justru dari krisis, kita belajar hal-hal yang perlu ditambahkan dalam leadership Presiden Prabowo,” katanya.

Menurutnya ada tiga hal yang juga perlu ditambahkan dalam leadership Prabowo ke depan.

 1. Big Spending Government

Dalam masa krisis, hukum ekonomi bukan efisiensi, melainkan penggerak roda rakyat. 

Anggaran negara harus menjadi energi kehidupan untuk program padat karya, subsidi tepat sasaran, dan infrastruktur yang menghidupkan dapur rakyat.

"Roosevelt pernah membuktikan lewat New Deal pada era Great Depression tahun 1930-an: belanja besar justru menyelamatkan bangsa," katanya.

Banyak masyarakat merasakan tekanan ekonomi yang akut. Untuk itu, program padat karya perlu diintegrasikan dengan sistem audit real-time berbasis Al guna memastikan transparansi. 

Pelibatan komunitas lokal sebagai pengawas distribusi dana akan meminimalkan kebocoran anggaran sekaligus memulihkan kepercayaan publik terhadap institusi

 2. Saluran Alternatif: Telinga Kedua Presiden

Denny JA mengatakan, Presiden perlu kanal independen lintas disiplin seperti akademisi, sosiolog, lembaga survei, hingga tokoh budaya, untuk memberi masukan apa adanya, bukan laporan birokrasi yang dipoles. 

SBY dan Jokowi, lanjtut Denny JA, terbukti banyak terbantu dengan laporan rutin lembaga survei.

Dengan early warning system ini, keresahan rakyat bisa terbaca sebelum berubah jadi api di jalanan.

"Presiden Prabowo perlu pula membentuk forum dialog terbuka secara reguler. Ia melibatkan intelektual kritis, komunitas akar rumput, serta perwakilan oposisi, sehingga setiap suara didengar dan solusi benar-benar dirasakan adil oleh semua lapisan masyarakat," katanya.

3. Eksekutor yang Kuat

Program populis seperti Makan Siang Gratis, Koperasi Merah Putih, dan lainnya hanya bermakna jika dieksekusi tim tangguh dengan pilot project yang disiplin target dan transparan.

“Gagasan besar akan hambar jika tidak dieksekusi kuat. Prabowo perlu memastikan dan mengevaluasi berkala, ada eksekutor tangguh yang benar-benar bekerja efektif,” kata Denny JA.

“Dengan big spending, telinga kedua, dan eksekutor tangguh, Prabowo tak hanya akan memimpin dengan ketegasan, tetapi juga dengan kearifan. Ia menjadi satria pinandhita sinisihan wahyu: berani sekaligus berhikmat,” kata Denny JA.