Menko Pangan Sebut Telur dan Beras Indonesia Surplus, Bisa Jadi Alat Negosiasi Tarif Trump

KOMPAS.com – Menteri Koordinator Bidang Pangan (Menko Pangan) Zulkifli Hasan (Zulhas) menilai, telur bisa menjadi alat negosiasi dengan Amerika Serikat (AS) terkait tarif Trump.
Menurut Zulhas, Indonesia berpotensi memasok telur ayam konsumsi ke negara-negara yang sedang mengalami gangguan produksi akibat wabah flu burung yang sangat patogen (HPAI) termasuk AS.
“Di mana-mana beras kurang, kita stok beras kita sekarang mungkin, kemarin saya cek, Bulog sudah dicek, yang baru tambah 800 ribu (ton). Berarti ditambah 2 juta (ton), stok beras kita 2,8 juta," ujar Zulhas.
"Bapak Presiden sudah jauh hari mengantisipasi bahwa perdagangan itu akan terjadi hal-hal seperti ini (tarif resiprokal), sudah jauh hari kan. Oleh karena itu, Presiden selalu menekankan, kita harus berdaulat terutama di bidang pangan, kita tidak boleh tergantung," katanya .
"Soal tarif, saya sudah koordinasi juga sama Pak Menko Ekonomi, Pak Airlangga. Tentu kita harus melakukan segera, secepatnya untuk melakukan diplomasi," ujar Zulhas.
"Kita kan nggak soal balas membalas, kita nggak gitu. Kita melakukan perbicaraan diplomasi. Karena kita lihat, kita ini saling membutuhkan, ya. Saya kira diplomasinya Pak Menko akan menyelesaikan semuanya," ujar Zulhas.
Terdapat beberapa produk yang dikecualikan dari tarif resiprokal, antara lain barang yang dilindungi 50 USC 1702(b), misalnya barang medis dan kemanusiaan, produk yang telah dikenakan tarif berdasarkan Section 232 yaitu baja, aluminium, mobil, dan suku cadang mobil, produk strategis yaitu tembaga, semikonduktor, produk kayu, farmasi, bullion (logam mulia), serta energi dan mineral tertentu yang tidak tersedia di Amerika Serikat.