Profil Bupati Sukabumi Asep Japar, Diritik Dedi Mulyadi karena Disebut Sulit Dihubungi

Asep Japar kini resmi menjabat sebagai Bupati Sukabumi periode 2025–2030, dilantik langsung oleh Presiden Prabowo Subianto di Istana Kepresidenan, Jakarta, pada Kamis (20/2/2025).
Dalam menjalankan roda pemerintahan Kabupaten Sukabumi, Asep didampingi oleh wakilnya, Andreas.
Sebelum terpilih dalam Pilkada 2024, Asep Japar sudah lama dikenal sebagai birokrat senior. Namanya muncul sebagai pemenang resmi setelah ditetapkan oleh Komisi Pemilihan Umum (KPU) Kabupaten Sukabumi.
Latar Belakang dan Pendidikan
Asep Japar lahir di Garut, Jawa Barat, pada 10 November 1963. Pendidikan dasarnya ditempuh di SDN Cangkuang 1, lalu melanjutkan ke SMP Negeri Leles dan SMA Negeri Leles.
Selepas SMA, Asep menimba ilmu di Sekolah Tinggi Ilmu Manajemen (IMMI) Jakarta hingga berhasil meraih gelar sarjana.
Karier Panjang di Birokrasi
Perjalanan karier Asep dimulai tahun 1990 ketika ia bertugas di Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Kabupaten Sukabumi. Ia mengabdi di instansi tersebut hingga 2005, kemudian dipindahtugaskan ke Dinas Perhubungan selama setahun.
Selepas itu, Asep terus menapaki berbagai posisi strategis. Ia pernah menjabat sebagai Kepala Bagian Perlengkapan (2006–2009), lalu dipercaya memimpin Dinas Koperasi, Perindustrian, dan Perdagangan (2009–2019). Di posisi ini, ia dikenal karena perhatiannya pada penguatan ekonomi lokal serta pengembangan koperasi di daerah.
Tahun 2019, kariernya mencapai puncak setelah diangkat menjadi Kepala Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Sukabumi. Jabatan itu dijalaninya hingga pensiun pada 2023. Setahun kemudian, Asep terjun ke politik melalui Partai Golkar dan berhasil memenangkan Pilkada 2024.
“Saya percaya pengabdian tidak berhenti hanya karena pensiun. Justru itu awal untuk melanjutkan kontribusi dengan cara yang berbeda,” ujar Asep dalam sebuah kesempatan.
Disebut Sulit Dihubungi
Meski baru beberapa bulan menjabat, Asep Japar sudah menuai kritik. Gubernur Jawa Barat, Dedi Mulyadi, menyoroti sulitnya berkomunikasi dengan dirinya, terutama di tengah banyaknya persoalan infrastruktur di Sukabumi.
“Pokoknya Sukabumi ini paling banyak sekali problematikanya, tetapi bupati-nya sulit dihubungi,” kata Dedi di Gedung Sate, Kota Bandung, Selasa (26/8/2025).
Salah satu masalah mendesak yang disorot adalah kebutuhan pembangunan jembatan di Desa Tanjung, Kecamatan Jampang Kulon. Jembatan itu penting agar anak-anak sekolah tidak lagi harus menyeberangi sungai dengan risiko keselamatan.
Dedi bahkan menyebut kebutuhan dana sudah dihitung sekitar Rp 3 miliar.
“Oh iya, itu sudah dihitung, itu sudah lama saya hitung. Jadi gini, itu sudah dihitung biayanya, itu biayanya adalah Rp 3 miliar untuk bangun jembatan. Saya pengen bangun hari Senin. Tetapi itu harus ada, kan kita ngeluarin dana nih, dana kan harus dana darurat,” ujarnya.
Kasus Kesehatan Anak di Sukabumi
Nama Asep juga sebelumnya terseret dalam kasus meninggalnya seorang bocah bernama Raya, yang sempat disebut akibat cacingan namun kemudian terungkap karena sepsis.
Ia menegaskan pemerintah daerah sudah hadir sejak awal dan membantah anggapan adanya kelalaian.
“Saya ingin meluruskan bahwa pemerintah daerah itu tidak diam, hadir pada saat dan sebelumnya juga hadir. Bahkan pada saat pelayan posyandu dia (Raya) suka dibawa ke posyandu, dia (dibawa) ke puskesmas. Jadi bukan seolah-olah bahwa pemerintah itu tidak hadir,” kata Asep Japar di Pendopo Kabupaten Sukabumi, Rabu (20/8/2025) sore.
Meski demikian, Asep mengaku akan menjadikan teguran dari Gubernur Jabar sebagai bahan evaluasi.
Ia pun menyampaikan permintaan maaf atas peristiwa tersebut.
“Permohonan maaf kepada warga Sukabumi atas kejadian ini atas nama pemerintah. Saya akan melakukan tindakan kepada aparat petugas kita,” ujarnya.
Artikel ini telah tayang di Tribunnewsmaker.com dengan judul Sosok & Profil Asep Japar Bupati Sukabumi 2025, Selama 15 Tahun Menjadi PNS di BKKBN
Terangi negeri dengan literasi, satu buku bisa membuka ribuan mimpi. Lewat ekspedisi Kata ke Nyata, Kompas.com ingin membawa ribuan buku ke pelosok Indonesia. Bantu anak-anak membaca lebih banyak, bermimpi lebih tinggi. Ayo donasi via Kitabisa!