Dedi Mulyadi Ungkap Jabar Masih Kekurangan Sekolah: Imbas Pemerintahan Sebelumnya?

jawa barat, Dedi Mulyadi, gubernur jawa barat, Jabar Kekurangan Sekolah, Dedi Mulyadi Ungkap Jabar Masih Kekurangan Sekolah: Imbas Pemerintahan Sebelumnya?

— Gubernur Jawa Barat Dedi Mulyadi mengakui bahwa wilayahnya masih mengalami kekurangan sekolah menengah atas (SMA) dan sekolah menengah kejuruan (SMK).

Terutama di kawasan perkotaan seperti Kota Bandung, Kota Depok, Kabupaten Bekasi, Kabupaten Bogor, dan Kota Bogor.

Pernyataan tersebut ia sampaikan saat menanggapi kritik anggota Komisi VIII DPR RI, Atalia Praratya, yang menyoroti kebijakan pengisian satu rombongan belajar (rombel) hingga 50 siswa.

“Nah, kenapa kekurangan sekolah? Karena selama ini pemerintah provinsinya kurang membangun sekolah dan kurang membangun ruang kelas,” kata Dedi, dalam keterangannya, baru-baru ini.

Menurutnya, akar masalah pendidikan di Jawa Barat terletak pada minimnya pembangunan sekolah dan ruang kelas di masa lalu. Ia menyebut anggaran pemerintah provinsi sebelumnya lebih banyak digelontorkan untuk pengadaan teknologi informasi (TI) dibandingkan pembangunan fisik sekolah.

“Gitu kan belanjanya banyak, dibelanjain teknologi informasi. Kan baru sekarang bangun ruang kelas yang banyak,” ujarnya.

Ketika ditanya apakah kebijakan belanja besar-besaran untuk TI itu terjadi pada masa pemerintahan Ridwan Kamil, Dedi Mulyadi memilih irit bicara.

“Di sebelumnya ya pak (Ridwan Kamil)?” tanya wartawan.

“Saya gak tahu, sebelumnya apa,” jawab Dedi singkat.

Diketahui, di era sebelumnya, pembangunan sekolah baru hanya tercatat sebanyak 38 unit.

Kritik Pedas dari Atalia

Kebijakan mengisi satu rombel hingga 50 siswa memang menuai sorotan. Atalia Praratya mengungkapkan keresahan para guru yang harus menangani terlalu banyak siswa dalam satu kelas.

“Saya banyak dapat masukan dan curhat dari guru. Mereka mengurus 25 murid dalam satu kelas saja sudah repot, apalagi ini 50 anak, apalagi di masa mereka (siswa SMA) ini usia remaja,” ujarnya.

“Bagaimana mungkin anak nyaman duduk berhimpitan dengan kondisi sekelas 50 orang. Aktivitas mereka enggak akan nyaman dan sulit,” tambah Atalia.

Belanja Teknologi Informasi: Apa Saja Isinya?

Belanja teknologi informasi (TI) mencakup berbagai pembelian dan layanan yang ditujukan untuk mendukung operasional organisasi. Di antaranya:

Produk TI:

Perangkat keras: komputer, laptop, server, printer, perangkat jaringan, perangkat penyimpanan data, hingga gadget seperti tablet dan smartphone.

Perangkat lunak: sistem operasi, software bisnis, aplikasi keamanan, hingga program pendukung aktivitas harian organisasi.

Layanan TI:

Konsultasi TI: untuk perencanaan dan implementasi sistem.

Pengembangan aplikasi: pembuatan aplikasi khusus sesuai kebutuhan.

Layanan cloud: penyimpanan dan pengelolaan data berbasis awan.

Keamanan TI: perlindungan data dari serangan siber.

Dukungan teknis: bantuan terhadap kendala teknis.

Tujuan Utama Belanja TI:

  1. Meningkatkan efisiensi dan produktivitas.
  2. Mendukung inovasi dan pertumbuhan organisasi.
  3. Memperkuat komunikasi internal maupun eksternal.
  4. Menjamin keamanan data dan sistem digital.

Sekolah membeli proyektor dan laptop untuk mendukung pembelajaran digital.

Rumah sakit mengadopsi sistem rekam medis elektronik.

Perusahaan menyewa layanan cloud untuk penyimpanan dan manajemen data.

Dengan pengakuan ini, Dedi Mulyadi membuka diskusi soal prioritas pembangunan di masa lalu dan arah baru yang ingin ditempuh pemerintahannya. Meski enggan menyebut nama, arah kritik Dedi dinilai sebagian pihak mengarah pada kepemimpinan sebelumnya.

Artikel ini telah tayang di TribunJabar.id dengan judul Gara-gara era Sebelumnya, Dedi Mulyadi Sebut Jabar jadi Kekurangan Sekolah: Dulu Fokus Belanja TI