Waspadai Dampak Mengirim Siswa Nakal ke Barak Militer, Kebijakan yang Diterapkan Dedi Mulyadi

– Gubernur Jawa Barat Dedi Mulyadi meenrapkan kebijakan mengirim siswa ‘nakal’ ke barak militer untuk belajar mengenai kedisiplinan, mulai Jumat (2/5/2025) kemarin.
Sebanyak 80 siswa mulai mengikuti program ini di Rindam III/Siliwangi, sementara 40 siswa mengikuti di Menarmed 1 Kostrad Purwakarta. Nantinya, program ini akan diperluas di seluruh kabupaten/kota di Jawa Barat.
Psikolog Anak, Remaja, dan Keluarga, Farraas Afiefah Muhdiar mengungkap ada sejumlah hal yang perlu dicermati dari program ini, agar tidak berdampak negatif terhadap perkembangan anak.
Waspadai Dampak Mengirim Siswa Nakal ke Barak Militer
1. Masalah anak tak terselesaikan dari akar
“Menurut saya cara ini belum tentu bertahan lama, karena tidak menyelesaikan masalah anak dari akarnya, seperti plester yang menutupi luka saja,” ujar Farraas kepada Kompas.com, Kamis (1/5/2025).
2. Anak tak sadar kesalahannya
Jika anak tidak memahami alasan di balik tindakan mereka salah, maka perubahan perilaku sulit bertahan dan berdampak dalam jangka waktu yang panjang.
3. Perubahan disiplin bersifat sementara
Ia menambahkan, jika anak-anak menjalani program ini karena merasa dihukum dan dipaksa, maka kemungkinan besar mereka tidak akan menjadi pribadi yang benar-benar disiplin saat kembali ke lingkungan asalnya.
Oleh karena itu, Farraas menekankan pentingnya menyelesaikan akar permasalahan terlebih dahulu, mengajak anak menyadari kesalahannya, dan membimbing mereka secara konsisten tanpa tekanan.
“Ketika pulang ke rumah dan sudah tidak dipantau sama pihak militer, kemungkinan perubahannya tidak berlangsung lama cukup besar, jika tidak ada pembinaan lebih lanjut,” pungkas dia.